Sabtu, 07 Juni 2014

Novel Surat Untuk Ruth


Halo! Sebenernya udah lama banget baca novel ini tapi baru review sekarang hehehe. Agak telat sih tapi gak apa ya…


Oke, jadi Surat Untuk Ruth ini buku keempatnya Bernard Batubara (selanjutnya disebut Benzbara ya) yang aku baca. Sebelumnya aku pernah baca Kata Hati, Milana, dan Cinta. Novelnya jauh lebih tipis kalau dibandingkan dengan Cinta, tapi nggak beda jauh sama Milana.


Omong-omong soal Milana, Surat Untuk Ruth ini ternyata prekuelnya Milana (salah satu cerpen di Kumcer Milana). Sebagai pembaca yang udah baca Milana, ya akhir ceritanya kan udah bisa ditebak hehehe. Sebenernya jadi garing kalau aku baca cerita yang endingnya ketebak gitu. Tapi beneran deh, walaupun udah tahu arah ceritanya kemana, novel ini nggak bikin garing. Bedanya dengan cerpen Milana, dalam Surat Untuk Ruth ditulis berdasarkan sudut pandangnya Areno Adamar (Are) tentang hubungannya dengan Ruth alias Milana alias Ruthefia Milana. Tentu aja jadinya membangun perspektif baru buatku. Oh iya, sesuai dengan judulnya, alur cerita dalam novel ini dibentuk dari surat-surat yang ditulis Are.


Seperti tulisan-tulisan Benzbara sebelumnya, Surat Untuk Ruth mengambil latar tempat yang nyata dan benar-benar ada. Ada banyak latar tempat dalam novel ini seperti Selat Bali, Kuta, Ubud, Batu, dll. Tapi menurutku yang paling berkesan adalah pada saat penyebrangan dari Banyuwangi ke Jembrana. Serius, aku jadi pengin juga lihat senja di tempat itu. Soal deskripsi, jangan ditanya lagi. Rasanya selalu detail dan bikin aku pengin ke tempat itu. Out of topic sedikit, gara-gara baca Kata Hati dan Cinta, aku jadi menyempatkan untuk mampir ke Djendello Koffie dan Artemy Gelato, ternyata memang sesuai sama yang aku bayangin pas baca bukunya.


Aku suka karakter Ruth, aku juga suka cara Benzbara menganalogikan Ruth dengan Pisau Victorinox yang cantik tapi misterius. Menurutku karakter Ruth ini kuat banget dan sampai selesai baca pun rasanya tetap penasaran gitu sama Ruth. Sayangnya aku nggak begitu suka sama karakternya Are, rasanya terlalu biasa aja kurang menghanyutkan hehehe. Aku malah suka sama karakter pendukung yaitu Bli Nugraha dengan kalimat filosofisnya.


Ceritanya sedih ya, apalagi buat orang-orang yang saling jatuh cinta tapi nggak bisa bersama. Banyak bertebaran kalimat-kalimat romantis dan bikin galau ala-ala Benzbara yang bikin aku senyum-senyum sendiri. Sayangnya nggak sampai nutup bukunya dulu terus bilang “Ih… kampret!” karena ngerasa tertohok sama kalimat atau bagian ceritanya. Ya, itu subjektif sih ya, mungkin kalau dibaca sama yang lagi patah hati berat atau lagi sensi ya beda lagi ceritanya. Tapi yang jelas, setelah selesai baca novel ini, aku jadi melankolis dan….. sedih.Uhu~


Novel ini aku rekomendasikan buat kamu kamu yang suka cerita cinta-cintaan yang nggak berlebihan dan yang agak dewasa. Dewasa disini maksudnya lebih ke cerita cinta yang bukan cinta-cinta anak SMA, dan dengan gaya bahasa yang lebih sedikit baku. Juga bacaan yang bagus buat kamu kamu yang pengin refreshing sejenak di tengah jadwal yang padat karena ceritanya masih tergolong ringan dan halamannya juga nggak banyak.


Selamat Membaca!



:)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar