Kamis, 12 Juni 2014

Novel Dilan, dia adalah Dilanku tahun 1990

Review kali ini adalah review novel yang bikin heboh sejagad twitter hehehe eh lebay ya? Tapi menurut pengamatanku di twitter, novel ini emang paling ditunggu dan waktu baru rilis ya… agak susah dicari karena cepet banget sold out hehehe.



“Cinta itu indah, jika bagimu tidak, mungkin kamu salah milih pasangan.”


Iya, cinta itu indah. Indah banget seperti yang diceritakan di Novel ini. Dilan, dia adalah dilanku tahun 1990 karya Pidi Baiq (selanjutnya disebut Ayah yaa). Sejujurnya ini novel pertama Ayah yang aku baca, sebelumnya aku cuma ‘kenal’ tulisan-tulisannya Ayah dari blog dan twitternya aja. Awalnya cerita tentang Dilan ini aku baca di blognya Ayah dan aku nunggu-nunggu banget gimana jadinya kalau cerita itu dibuat buku, pasti keren.


Ternyata benar!


Jadi, novel ini bercerita tentang cinta-cintaan anak SMA di kota Bandung tahun 1990. Tentu aja kalau dibandingkan sama cinta-cintaan anak SMA masa kini ya bakal beda. Apalagi mengambil latar tempat di kota Bandung, tahun 1990an lagi, waktu Palaguna masih kece dan BIP baru buka. Pokoknya di novel ini, Ayah mendeskripsikan Bandung tahun 1990 dengan sangat baik. Buat orang yang tinggal atau pernah tinggal di Bandung, ngebayangin Bandung tempo dulu bikin senyum-senyum sendiri hehehe. Pasar kordon… baso akung…. Lodaya… Jadi ingin ngerasain Bandung 20 tahun lalu yang Paris van Java banget.


Novel ini tentang cinta-cintaannya Milea dan Dilan. Dimulai waktu Milea pindah sekolah ke Bandung dan kenal dengan laki-laki aneh bernama Dilan. ‘Keanehan’ Dilan, menurutku jadi sesuatu yang bikin cerita cinta Milea dan Dilan jadi manis banget. Dilan mendekati Milea dengan cara-cara yang nggak biasa, Misalnya waktu pertama mereka bertemu, Dilan nggak mengajak kenalan tapi malah meramal Milea, katanya Milea akan bertemu dengannya di kantin. Kemudian Dilan juga mengirimkan coklat buat Milea lewat tukang koran, tugang pos, dll. Mengirim tukang pijat waktu Milea sakit, dan yang paling unik menurutku adalah mengirim TTS yang sudah diisi dan diselipkan sepucuk surat di dalamnya.

“SELAMAT ULANG TAHUN, MILEA.

INI HADIAH UNTUKMU, CUMA TTS.

TAPI SUDAH KUISI SEMUA.

AKU SAYANG KAMU

AKU TIDAK MAU KAMU PUSING

KARENA HARUS MENGISINYA.

DILAN!”
Pokoknya masih banyak lagi cara-cara ajaibnya Dilan yang out of the box untuk membuat Milea (dan aku) jatuh cinta. 


Benar-benar cerita cinta yang nggak muluk-muluk, nggak bertebaran kalimat yang manis-manis gombal tapi ngena banget di hati. Serius deh ini novel berkali-kali bikin aku tutup buku dulu sebentar buat senyum-senyum busuk dan ngegumam “Ih… kok…”


Novel ini diceritakan dari sudut pandangnya Milea, tokoh utama perempuan. Dengan begini, tokoh Dilan terkesan semakin misterius dan bikin penasaran.


Sayangnya, aku nggak terbiasa baca dialog yang langsung kayak gini:

“he he he. Kenapa mikirin aku?” kutanya.

“Aku hanya mikir yang senang-senang.”

“kamu senang mikirin aku?”

“malah bingung sih”

“bingungnya?”

“bingung bagaimana kuhentikan.”

“menghentikan apa?”

“mikirin kamu”
Meskipun diatasnya udah ada keterangan ‘kutanya’, tapi kadang malah jadi bingung sendiri, ini yang lagi ngomong tuh siapa.


Baca novel ini bikin kangen masa SMA, covernya SMA banget, tulisan ‘DILAN’-nya mengingatkan aku sama coretan-coretan di dinding jaman SMA hehehe. Oh, iya, di dalamnya juga ada ilustrasi-ilustrasi yang dibuat sendiri oleh Ayah. 

  

Novel ini aku rekomendasikan buat kamu kamu yang pengin ngerasain sensasi senyum-senyum sendiri waktu jatuh cinta, buat kamu yang ingin baca cerita cinta tapi nggak mau lebay tapi ngena, buat kamu yang suka sesuatu yang sederhana tapi bikin bahagia. 

Nih, aku kasih bocoran lagi biar kamu kamu pada penasaran (dan jatuh cinta) sama cerita yang ada di novel ini. 

 


Eh iya, aku rekomendasikan juga buat kamu kamu yang lagi pedekate dan perlu trik buat bikin gebetan kamu jatuh cinta. Trust me, it works!


“…jangan rindu.”

“Kenapa?”

“Berat. Kau gak akan kuat. Biar aku saja.”


Selamat membaca!

:)

3 komentar: