Review
kali ini adalah review novel yang bikin heboh sejagad twitter hehehe eh lebay
ya? Tapi menurut pengamatanku di twitter, novel ini emang paling ditunggu dan
waktu baru rilis ya… agak susah dicari karena cepet banget sold out hehehe.
“Cinta
itu indah, jika bagimu tidak, mungkin kamu salah milih pasangan.”
Iya,
cinta itu indah. Indah banget seperti yang diceritakan di Novel ini. Dilan, dia adalah dilanku tahun 1990
karya Pidi Baiq (selanjutnya disebut Ayah yaa). Sejujurnya ini novel pertama
Ayah yang aku baca, sebelumnya aku cuma ‘kenal’ tulisan-tulisannya Ayah dari
blog dan twitternya aja. Awalnya cerita tentang Dilan ini aku baca di blognya
Ayah dan aku nunggu-nunggu banget gimana jadinya kalau cerita itu dibuat buku,
pasti keren.
Ternyata
benar!
Jadi,
novel ini bercerita tentang cinta-cintaan anak SMA di kota Bandung tahun 1990. Tentu
aja kalau dibandingkan sama cinta-cintaan anak SMA masa kini ya bakal beda.
Apalagi mengambil latar tempat di kota Bandung, tahun 1990an lagi, waktu
Palaguna masih kece dan BIP baru buka. Pokoknya di novel ini, Ayah
mendeskripsikan Bandung tahun 1990 dengan sangat baik. Buat orang yang tinggal
atau pernah tinggal di Bandung, ngebayangin Bandung tempo dulu bikin
senyum-senyum sendiri hehehe. Pasar kordon… baso akung…. Lodaya… Jadi ingin ngerasain
Bandung 20 tahun lalu yang Paris van Java banget.
Novel
ini tentang cinta-cintaannya Milea dan Dilan. Dimulai waktu Milea pindah
sekolah ke Bandung dan kenal dengan laki-laki aneh bernama Dilan. ‘Keanehan’
Dilan, menurutku jadi sesuatu yang bikin cerita cinta Milea dan Dilan jadi
manis banget. Dilan mendekati Milea dengan cara-cara yang nggak biasa, Misalnya
waktu pertama mereka bertemu, Dilan nggak mengajak kenalan tapi malah meramal
Milea, katanya Milea akan bertemu dengannya di kantin. Kemudian Dilan juga
mengirimkan coklat buat Milea lewat tukang koran, tugang pos, dll. Mengirim
tukang pijat waktu Milea sakit, dan yang paling unik menurutku adalah mengirim
TTS yang sudah diisi dan diselipkan sepucuk surat di dalamnya.
“SELAMAT ULANG TAHUN, MILEA.
INI HADIAH UNTUKMU, CUMA TTS.
TAPI SUDAH KUISI SEMUA.
AKU SAYANG KAMU
AKU TIDAK MAU KAMU PUSING
KARENA HARUS MENGISINYA.
DILAN!”
Pokoknya
masih banyak lagi cara-cara ajaibnya Dilan yang out of the box untuk membuat
Milea (dan aku) jatuh cinta.
Benar-benar
cerita cinta yang nggak muluk-muluk, nggak bertebaran kalimat yang manis-manis
gombal tapi ngena banget di hati. Serius deh ini novel berkali-kali bikin aku
tutup buku dulu sebentar buat senyum-senyum busuk dan ngegumam “Ih… kok…”
Novel
ini diceritakan dari sudut pandangnya Milea, tokoh utama perempuan. Dengan
begini, tokoh Dilan terkesan semakin misterius dan bikin penasaran.
Sayangnya,
aku nggak terbiasa baca dialog yang langsung kayak gini:
“he he he. Kenapa mikirin aku?” kutanya.
“Aku hanya mikir yang senang-senang.”
“kamu senang mikirin aku?”
“malah bingung sih”
“bingungnya?”
“bingung bagaimana kuhentikan.”
“menghentikan apa?”
“mikirin kamu”
Meskipun
diatasnya udah ada keterangan ‘kutanya’, tapi kadang malah jadi bingung
sendiri, ini yang lagi ngomong tuh siapa.
Baca
novel ini bikin kangen masa SMA, covernya SMA banget, tulisan ‘DILAN’-nya
mengingatkan aku sama coretan-coretan di dinding jaman SMA hehehe. Oh, iya, di
dalamnya juga ada ilustrasi-ilustrasi yang dibuat sendiri oleh Ayah.
Novel
ini aku rekomendasikan buat kamu kamu yang pengin ngerasain sensasi
senyum-senyum sendiri waktu jatuh cinta, buat kamu yang ingin baca cerita cinta
tapi nggak mau lebay tapi ngena, buat kamu yang suka sesuatu yang sederhana
tapi bikin bahagia.
Nih, aku kasih bocoran lagi biar kamu kamu pada penasaran (dan jatuh cinta) sama cerita yang ada di novel ini.
Eh iya,
aku rekomendasikan juga buat kamu kamu yang lagi pedekate dan perlu trik buat
bikin gebetan kamu jatuh cinta. Trust me, it works!
“…jangan rindu.”
“Kenapa?”
“Berat. Kau gak akan kuat. Biar aku saja.”
Selamat membaca!
Yeah aku juga mencintai novel itu
BalasHapusTyas. Email dong.
BalasHapusdeboratyaswe@gmail.com
Hapus